JAKARTA – Pengamat ekonomi Universitas Soegijapranata (Unika) Semarang, Andreas Lako mengemukakan, sektor pertanian merupakan lokomotif perekonomian nasional. Hal ini terutama di Jawa Tengah (Jateng) karena 40% penyerapan tenaga kerja di sana berada di sektor ini. “Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di Jateng mencapai 6,3 %, dan sektor pertanian memberikan kontribusi positif sekitar 4%,” ujarnya, Jumat (23/10/2015).
Saat ini, sektor pertanian belum tergarap dengan baik. Terbukti dalam dua tahun terakhir sektor pertanian di Jawa Tengah mengalami kemerosotan, yang ikut berdampak pada melambatnya perekonomian di provinsi ini.
Ketua Umum Yayasan Obor Tani, Budi Dharmawan menjelaskan, meski Jateng sudah punya segudang lahan pertanian dan perkebunan, lengkap dengan petaninya, keberadaan tenaga ahli dibutuhkan untuk meningkatkan hasil panen. “Para petani sebenarnya sudah tahu cara bertani.
Buktinya, selama ini meski minim ilmu, mereka tetap bisa panen setiap tahun. Tapi, hasil panen akan semakin bagus jika pertanian atau perkebunan dilakukan dengan ilmu,” imbuhnya. Menurut Budi, kebutuhan akan tenaga ahli di bidang pertanian dan perkebunan harus segera dilakukan untuk memperbanyak stok komoditas yang berujung pada pemangkasan jumlah impor.
“Pada akhirnya akan mampu mengurangi angka inflasi dan memulihkan nilai rupiah,” ucapnya. Dia menjelaskan, tenaga ahli ini harus dari orang yang benar-benar kompeten di bidang pertanian dan perkebunan. Karena itu, pihaknya telah fokus merancang program untuk mencetak kader tenaga ahli yang nantinya akan disebar di Jawa Tengah.